Selasa, 20 April 2010

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN ORDE BARU DAN REFORMASI

Tugas Kepemimpinan Pemerintahan

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN

ORDE BARU DAN REFORMASI

UNTAD.jpg

DISUSUN OLEH

DWI EYNDAH A

B 401 07 022

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2010

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNyalah sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah menyumbangkan segenap pikiran demi terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Kepemimpinan Pemerintahan. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca pada umumnya dan untuk penulis sendiri pada khususnya.

Billahitaufik wal Hidayah

Wassalamualaikum Wr. Wb

Palu, 05 April 2010

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................

Daftar isi ......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

A. Gaya Kepemimpinan Orde Baru ..........................................................................3

B. Gaya Kepemimpinan Reformasi ..........................................................................4

C. Perbandingan Gaya

Kepemimpinan Orde Baru

Dan Reformasi .........................................................................6

BAB III PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah yang luas dengan sumberdaya alam yang dinilai cukup melimpah, dan juga memiliki masyarakat yang multikultural baik suku maupun agama. Dalam menjalankan tata pemerintahan yang baik, suatu negara atau pemerintah idealnya dipimpin oleh seorang pemimpin negara yang baik, setidaknya sebagian besar unsur dalam kepemimpinan yang ideal dimiliki oleh seorang pemimpin bangsa indonesia.

Menilai kualitas suatu kepemimpinan nasional tentu memerlukan beberapa tolok
ukur tersendiri. Karena, kepemimpinan
nasional tentu berbeda dengan kepemimpinan di tingkat RT, RW, sampai ditingkat daerah sekalipun.

Stiap rezim pasti memiliki sebuah gaya kepemimpinan untuk mensukseskan jalannya pemerintahan; otoriter, ataupun demokratis. Begitu pula seorang presiden, gaya kepemimpinan itu melekat pada diri seseorang yang dibentuk dari proses panjang berdasarkan lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan, latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan teman, lingkungan kerja, nilai-nilai yang diemban, serta pengaruh-pengaruh lainnya. Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa gaya kepemimpinan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman, dan lingkungan kerja yang kemudian menghasilkan nilai-nilai yang dibawa oleh orang tersebut dalam melakukan suatu kepemimipinan.

Gaya kepemimpinan ini penting karena ia akan menentukan corak Pemerintahan, ritme jalannya penyelenggaraan negara, besar pengaruhnya dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan atau program yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpiann seseorang juga berpengaruh dalam hubungan dengan lingkungan terdekat, misalnya dalam kaitan hubungan antara presiden dan wakil presiden, serta hubungannya dengan para menteri, bahkan sampai dengan pihak-pihak di luar negeri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Gaya Kepemimpinan Rezim Orde Baru ?

2. Bagaimana Gaya Kepemimpinan Era Reformasi ?

3. Bagaimana Perbandingan Gaya Kepemimpinan Orde Baru dan Reformasi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Rezim Orde Baru

2. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Era Reformasi

3. Untuk mengetahui Perbandingan Gaya Kepemimpinan Orde Baru dan Reformasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gaya Kepemimpinan Rezim Orde Baru

Ketika berbicara tentang gaya kepemimpinan Rezim Orde Baru atau yang biasa dikenal dengan Orba memang identik dengan dengan gaya kepemimpinan Soeharto yang cenderung Otoriter/militeristik, ini dikarenakan Rezim Orde Baru yang berkuasa selama tiga puluh dua tahun memang dipimpin oleh Soeharto sebagai pemegang tampuk kekuasaan tunggal pada saat itu. Soeharto memiliki latar belakang militer dalam karir politiknya. Sehingga ketika ia menjadi presiden, ia tidak dapat melepaskan diri dari gaya-gaya kepemimpina ala militer.

Siapa yang tak kenal dengan mantan Presiden Soeharto, penguasa Indonesia selama 32 tahun ini, terkenal dengan gaya kepemimpina yang otoriter , militeristik, ambisius namun murah senyum sekaligus. Pada tahun 1998 desakan dari berbagai kalangan-utamanya mahasiswa-telah mampu memaksa Soeharto untuk lengser keprabon. Tapi kenyataannya bahwa peralihan legal formal tidak dengan sendirinya mengalihkan seluruh sumber daya kekuasaan. Rezim yang dikenal dengan sebutan Orde Baru ini, telah merasuk ke seluruh sumsum masyarakat. Kekejaman yang menebar ketakutan hingga tak ada yang berani membantahnya. Kekuasaan Soeharto kala itu mutlak disegala lini. Militer menjadi anak emas yang memagari kekuasaannya. Pers lebih banyak menjadi corong pemerintah, sehingga praktis masyarakat pun buta politik. Masyarakat tak mampu mencerna kebohongan – kebohongan yang dilakukan Soeharto. Karena selalu saja tertutupi oleh tindak – tanduk Soeharto yang kalem, bersahaja dan nampak sederhana. Kroni – kroni orde baru, telah berhasil menyebarkan virus SARS ( Sangat Amat rindu Soeharto) menjelang pemilu 2004 lalu.

Di awal kepemimpinannya, ketika situasi dalam negeri sedikit-banyak mengalami kekacauan akibat intrik-intrik politik dari berbagai kelompok kepentingan, misalkan Partai Komunis Indonesia, bisa jadi kepemimpinan model militer adalah yang tepat. Situasi yang darurat, anomali sosial begitu banyak, maka situasi semcam itu perlu distabilkan agar tidak berdampak lebih buruk. Dapat kita lihat bahwa fungsi militer pada masa Orde Baru adalah sebagai stabilisator juga dinamisator. Dengan dua fungsi itu, militer atau tepatnya ABRI dengan dwifungsinya ikut terlibat dalam penyusunan kebijakan-kebijakan politik Orde Baru.

Sayangnya, model kepemimpinan ala militer itu tetap Soeharto pakai hingga era 1970-1980an. Padahal kondisi masyarakat saat itu sedikit-banyak sudah berubah. Masyarakat semakin cerdas dan semakin paham tentang hakikat negara demokratis. Dengan sendirinya model kepemimpinan Soeharto tertolak oleh kultur atau masyarakat. Untuk tetap mempertahkan kekuasaanya Soeharto menggunakan cara-cara represif pada semua pihak yang melawannya.

Setelah membaca penjelasan diatas, tentu dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan Rezim Orde Baru ( Soaharto ) adalah Otoriter/militeristik.

B. Gaya Kepemimpinan Era Reformasi

Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY adalah presiden yang memimpin bangsa ini di Era Reformasi. Mereka mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda satu sama lain.

B J Habibie menjadi presiden bukan karena keinginannya. Hanya karena kondisi sehingga ia jadi presiden. Orang yang cerdas tapi terlalu lugu dalam politik. Karena ingin terlihat bagus, ia membuat blunder dalam masalah timor timur. Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan Dedikatif-Fasilitatif, merupakan sendi kepemimpinan Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J Habibie ini, kebebasan pers dibuka lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak dibuat.

Gus Dur adalah Seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat tidak disiplin dan berkepemimpinan ala LSM. Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah gaya kepemimpinan Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan atau kebijaksanaan.

Gaya kepemimpinan Megawati yang anti kekerasan itu tepat sekali untuk menghadapi situasi bangsa yang sedang memanas Megawati lebih menonjolkan kepemimpinan dalam budaya ketimuran. Ia cukup lama dalam menimbang-­nimbang sesuatu keputusan yang akan diambilnya. Tetapi begitu keputusan itu diambil, tidak akan berubah lagi. Gaya kepemimpinan seperti bukanlah suatu ke1emahan. Seperti dikatakan oleh Frans Seda: "Dia punya intuisi tajam. Sering kita berpikir, secara logika, menganalisa fakta-fakta, menyodorkan bukti-bukti, tapi tetap saja belum pas. Di saat itulah Mega bertindak berdasarkan intuisinya, yang oleh orang-orang lain tidak terpikirkan sebelumnya. Cukup demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai tertutup dan cepat emosional. Ia alergi pada kritik.

SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu, lambat, dan tidak "decisive" (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia dipandang sering berubah-ubah dan membingungkan publik.

Setelah Rezim Orde Baru lengser pada tahun 1998, Indonesia memasuki suatu era baru yaitu Era Reformasi. Suatu masa yang diharapkan dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyat indonesia.

Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY yang merupakan presiden dan mantan presiden di Era Reformasi memang mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda satu sama lain, tetapi secara garis besar ketiganya tetap cenderung ke gaya kepemimpinan yang demokratis jika di lihat dari ciri-ciri kepemimpinan demokratis. Ciri-ciri gaya kepemimpinan yang demokratis menurt Mar’ie Muhammad adalah :

1. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi

2. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan

3. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya

4. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menunjang harkat dan martabat manusia.

5. Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

Dari ciri-ciri diatas sangat jelas terlihat perbedaan antara gaya kepemimpinan otoriter ala Soeharto dan gaya kepemimpinan Demokratis di Era Reformasi. Perbedaan yang sangat sederhana dapat dilihat dari kebebasan yang diberikan kepada masyarakat untuk mengkritik jalannya pemerintahan, satu hal yang sangat mustahil dilakukan pada masa Orde Baru.

C. Perbandingan Gaya Kepemimpinan Orde Baru dan Reformasi

Untuk membandingkan gaya kepemimpinan pada masa Orde Baru dan Reformasi, dapat dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri dari kedua gaya kepemimpinan tersebut.

Pada masa Orde baru, gaya kepemimpinannya adalah Otoriter/militeristik. Seorang pemimpinan yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dengan ciri-ciri :

  1. Kecendurangan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan maratabat mereka.
  2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya Kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:

  1. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
  2. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
  3. Bernada keras dalam pemberian perintah atau intruksi
  4. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan

Sedangkan gaya kepemimpinan demokratik yang ada di Era Reformasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi

2. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan

3. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya

4. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menunjang harkat dan martabat manusia.

5. Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada masa Orde Baru gaya kepimimpinannya adalah otoriter, sedangkan pada masa Reformasi gaya kepemimpinannya adalah cenderung demoratik.

Perbedaan keduaya dapat dilihat dari ciri-ciri keduanya, yaitu sebagai berikut:

Gaya Kepemimpinan :

1. Kecendurangan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan maratabat mereka.

2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.

3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Sedangkan gaya kepemimpinan demokratik yang ada di Era Reformasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi

2. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan

3. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya

4. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menunjang harkat dan martabat manusia.

5. Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

2 komentar:

  1. HAHAHAAH....
    CERDAS MMNK SENIORKU INI EE...
    KK BUAT BLOG...
    AJARR DANTT...!

    BalasHapus
  2. ada makalah perbadingan tipe kepemimpinan
    mohon bantuannya
    email: indra79ti@yahoo.com
    wassalam

    BalasHapus